30/05/11

PI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
Setiap orang tua tentunya sangat menginginkan anak mereka berkembang dengan baik sesuai usianya khususnya pada usia 0-5 tahun. Usia 0-5 tahun pada anak merupakan masa emas bagi perkembangan mereka atau biasa dikenal dengan golden age. Pada masa ini, perkembangan kecerdasan anak sangatlah cepat hingga mencapai 80 persen dan 20 persen lainnya akan berkembang secara melambat hingga usia 18 tahun. Otak anak sangat berkembang pesat ,segala informasi akan cepat diserap tanpa mengetahui mana yang baik atau buruk. Oleh karena itu pada usia ini peran orang tua sangatlah dibutuhkan dalam mengawasi tumbuh dan berkembangnya otak sang anak. Mengarahkan anak ke arah yang baik dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta. Tetapi pada kenyataannya, para orang tua lebih mempercayakan anak mereka yang berusia 0-5 tahun kepada baby sitter atau pengasuh anak.
Berbicara soal berbahasa, kemampuan berbahasa pada masa bayi dan masa anak-anak memiliki tingkatan. Banyak para orang tua yang memaksa anak untuk menirukan kata-kata atau mengingat-ingat nama-nama benda. Pada kenyataannya, kemajuan bahasa bayi akan lebih pesat melalui hal-hal yang ilmiah, seperti bermain "cilukba", bernyanyi dan menanyakan apakah rotinya ingin dicelupkan kedalam susu atau tidak. Banyak orang tua yang memaksakan penggunaan kata pada usia dini . Padahal itu akan merusak pola alamiah komunikasi pada anak. Untuk itu, para orang tua harus mengetahui bagaimana tahap-tahap perkembangan anak dan cara berkomunikasi dengan anak di usia 0-5 tahun. Dengan demikian, apabila terjadi gangguan ataupun keterlambatan pada kerja motorik anak dapat segera terdeteksi dan di atasi.

I.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tahap-tahap keterampilan motorik anak pada usia 0-5 tahun ?
2. Bagaimana kiat berkomunikasi antara orang tua dan anak ?
3. Bagaimana ciri-ciri gangguan bahasa pada anak ?
4. Bagaimana bila terdeteksi adanya gangguan pada motorik anak ?


I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :
1. Para orang tua dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan anak.
2. Para orang tua dapat mengetahui kiat-kiat berkomunikasi dengan anak.
3. Para orang tua dapat mengetahui gangguan-gangguan bahasa yang dapat terjadi pada anak.
4. Para orang tua dapat mengatasi keterlambatan perkembangan yang terjadi
pada anak.

I.4 Pembatasan Masalah
Cakupan tentang perkembangan anak di usia 0-5 tahun sangatlah luas. Mulai dari perkembangan dari lahir, perbedaan karakter atau kepribadian anak, faktor-faktor keturunan yang tampak pada anak, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya akan membatasi cakupan yang akan dibahas tentang perkembangan anak di usia emas ini. Cakupan tersebut meliputi perkembangan motorik anak, kemampuan berbahasa dan gangguan yang mungkin terjadi, serta cara mengatasi gangguan motorik yang terjadi pada anak-anak. Saya akan menjelaskan lebih mendalam mengenai tingkatan perkembangan motorik anak dan tingkatan komunikasi pada anak-anak. Karena perkembangan motorik merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh para orang tua. Selain itu, salah satu kehebatan bayi adalah perkembangan bahasanya. Dengan memahami proses perkembangan bahasa mereka, maka dapat membuka mata para orang tua, bahwa ternyata banyak sekali yang 'dapat dikatakan' oleh seorang bayi. Tak ayal akan membuat para orang tua kagum dan semakin bersemangat untuk mengajak bayinya berbicara.

I.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk para pembaca khususnya para orang tua yang baru memiliki anak. Penelitian ini berisi informasi-informasi yang dapat diterapkan oleh para orang tua dalam mengatasi anak di usia dini yakni usia 0-5 tahun. Semoga dapat dijadikan pedoman praktis bagi para orang tua untuk membuat anaknya menjadi anak yang baik, genius dan bahagia.



I.6 Hipotesis
Sebagai hipotesa awal, saya berpendapat bahwa anak-anak yang berada dibawah bimbingan langsung dari orang tuanya akan berkembang jauh lebih baik dibanding yang tidak. Mereka akan tampil sebagai anak yang sehat, normal dan mudah bergaul serta memiliki berbagai macam minat. Selain itu, anak-anak yang dibawah pengawasan langsung orang tua akan memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik dengan kemampuan menalar dan menulis serta membaca pada usia sekolah. Karena hanya kerja sama yang baik antara orang tua dan juga lingkungan sekolah nantinya yang dapat mempengaruhi kemampuan intelektual sang anak. Ia akan merasakan gembira secara fisik maupun mental dan di atas segalanya ia akan memiliki rasa pecaya diri dalam menghadapi tantangan di dalam kehidupannya.

I.7 Sistematika Penyajian
Saya akan menyajikan karya tulis ini dengan sistematika pada bab pertama yaitu pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah, pembatasan masalah, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika penyajian.
Bab dua yaitu landasan teori, kerangka teori akan diuraikan mengenai pekembangan anak di usia bayi hingga usia anak-anak 0-2 tahun, perkembangan di usia tangkas 3-4 tahun, perkembangan anak di usia sekolah 5 tahun, kiat-kiat berkomunikasi yang baik pada anak, gangguan komunikasi pada anak, cara mengatasi masalah pendengaran anak di rumah, gangguan motorik pada anak, dan cara-cara mengetahui serta mengatasi gangguan-gangguan yang terjadi pada anak.
Bab tiga yaitu metodologi penelitian. Pada bab ini menjelaskan populasi dan sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode dan alat pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab empat yaitu sajian dan analisis data. Pada bab ini diuraikan sajian data yang diperoleh dan analisis data.
Bab lima yaitu penutup, bagian ini akan diuraikan kesimpulan yang berisi rangkuman dari penelitian dan pembahasannya, saran yang berisi anjuran bagi pihak-pihak yang berkaitan pada penelitian ini.




BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Usia Bayi Hingga Usia Anak-Anak 0-2 tahun
Tahun pertama merupakan tahun yang sangat penting untuk pembangunan dasar kecerdasan sang anak. Para orang tua harus memutuskan aktivitas apa yang sesuai untuk kebutuhan anak mereka dan bagaimana aktivitas itu dapat menyatu dengan kegiatan anak sehari-hari. Selain itu, para orang tua juga harus mengerti bagaimana tahap-tahap perkembangan motorik anak.
Perkembangan motorik adalah proses bertumbuh dan berkembangnya kemampuan gerak seorang anak. Motorik dapat dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar berupa aktivitas yang melibatkan keterampilan otot-otot besar. Pada usia tahun pertama gerakan-gerakan seperti merangkak, tengkurap, mengangkat leher, duduk merupakan contoh dari gerakan motorik kasar. Apabila motorik kasar telah berkembang optimal maka akan mempengaruhi kerja motorik halus seperti makan, menggambar, menulis dan lain-lain. Dimana motorik halus melibatkan keterampilan otot-otot kecil.
Oleh karena itu, makhluk kecil yang 'tak berdaya' itu memerlukan bantuan orang lain ,khususnya orang tua mereka untuk mengembangkan motorik kasar secara optimal. Berikut tahap-tahap perkembangan motorik anak yang seharusnya :
Usia 0-3 bulan
Hingga kurang lebih usia 3 bulan gerakan refleks bayi memang sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan ibunya. Gerakan-gerakan yang tidak disadari dan tidak terkoordinasi ini merupakan gerakan primitif. Gerakan-gerakan refleks yang biasa dilakukan bayi adalah :
- Refleks Menghisap
Bila sang ibu akan memberikan asi kepada bayinya maka bayi akan melakukan gerakan menghisap
- Refleks Menggenggam
Bila sang ibu memberikan jari telunjuknya ,si kecil otomatis akan menggenggam kuat jari ibunya.
- Refleks Leher
Pada posisi telentang ,bila kepala bayi menoleh ke satu sisi maka akan terlihat peningkatan tonus (kekuatan otot) pada lengan dan tungkai sisi tersebut.
- Refleks Moro
Refleks ini terjadi pada minggu-minggu pertama si kecil. Gerakan ini timbul dari kemauan dan kesadaran si bayi. Bila bayi dikagetkan ataupun mendengar suara-suara keras maka ia kan menunjukan refleks moro ini. Bayi akan melengkungkan bagian pungungnya, mendongakkan kepalanya kebelakang, kaki dan tangannya akan digerakan kedepan. Semua gerakan-gerakan itu akan disertai dengan tangisan yang sangat keras.
Pada minggu-minggu pertama banyak tonggak penting yang harus diketahui para orang tua dalam perkembangan komunikasi si kecil ,diantaranya berikut :
Suara Ibu
Bayi sudah dapat mengenal suara-suara semenjak di dalam kandungan. Namun ,ia hanya belum mengerti arti dari macam-macam suara. Bayi cenderung menyukai berbagai jenis suara. Bahkan bayi yang baru lahir pun sudah bisa mengenali suara ibunya. Saat ia mendengar suara ibunya, bayi pasti kan menolehkan kepalanya ke arah ibunya. Bahkan saat bayi belum bisa tersenyum.
Menangis
Bagi bayi, tangisan merupakan sarana untuk berkomunikasi. Ada beragam tangisan pada bayi. Orang tua yang peka pasti dapat mengenali dan memahami arti dari setiap tangisan bayi. Gaya tangisan bayi sangatlah beragam, misalnya saja saat dia lapar, sakit, rewel dan yang lainnya. Tangisan lapar biasanya berirama dan teratur. Tangisan sakit berupa suatu jeritan atau ratapan panjang yang diiringi engahan. Sedangkan tangisan rewel merupakan yang sulit direspon. Karena biasanya berupa rengekan ringan tapi dapat berlangsung puluhan menit atau berjam-jam.
Memasuki usia 2-3 bulan, gerakan refleks akan mulai menghilang dan gerakan motorik kasar akan mulai terlihat. Berbeda saat usia 1 bulan yang hanya dapat melihat hitam putih benda yang berjarak 20 cm dari wajahnya, pada usia menginjak 3 bulan bayi akan dapat melihat warna dengan jelas, tangan dan kakinya pun mulai bergerak lebih aktif. Bila di tengkurapkan kepalanya dapat ditegakkan. Karena otot lehernya sudah semakin kuat. Selain itu, bila didudukkan ia akan dapat menegakkan lehernya. Pada usia ini, bayi akan mulai memperlihatkan senyuman pertamanya.



B. Usia 4-6 bulan
Pada usia memasuki 4 bulan, bayi mulai menunjukkan aktivitas-aktivitas seperti tengkurap, telentang, menumpu badan pada kaki, mampu mengangkat bahu saat tengkurap dan menahannya dengan tangan, selalu berusaha meraih sesuatu dan akan memasukkannya ke dalam mulut, asyik mengamati tangan dan kakinya, serta mulai mengenali benda. Selain itu, di usia ini bayi akan mulai dapat mengontrol suara yang dihasilkan dan menciptakan suara yang disebut "dekut". Suara dekut dapat berbunyi seperti "uuuuh" atau "aaaah". Setelah ia telah berhasil menjadi pendekut ulung, ia akan mulai me"raban". Ia akan meraban "nnnn" ataupun "mmmmm". Tapi ia belum dapat menggabungkan huruf konsonan tersebut dengan huruf vokal untuk menciptakan kata seperti "ma" atau "pa".
Di bulan ke 5 usianya, gerakan bayi mulai bervariasi. Otot leher dan tangannya semakin menguat. Ia dapat duduk tegak jika diletakkan pada posisi duduk. Ketika diletakkan telentang ,ia akan menggunakan tangannya untuk berguling membalikkan badannya. Selain itu, kaki si kecil akan semakin lincah digerakkan. Ia akan semakin sering menendang, menggeserkan kaki dan bahkan mendorong-dorong kakinya. Pada usia ini, si kecil mulai mengembangkan konsep tipuan atau lebih dikenal 'contingency'. Dimana ia berpikir, "jika aku melakukan ini, maka akan terjadi itu". Oleh karena itu, tak heran bila pada usia ini ia gemar memanfaatkan tangisnya. Ia yakin, bahwa menangis adalah cara yang tepat untuk membuat orang tuanya datang padanya. Bahkan terkadang, bayi akan melakukan 'batuk tipuan' agar ibunya hadir untuk menemaninya.
Pada bulan ke 6 akan muncul kepandaian lain dari bayi yang membuat orang tua "frustasi". Di usia ini bayi akan lebih sering menjatuhkan atau melempar benda-benda yang ada di sekitarnya. Bahkan terkadang ,ia akan menagis bila tidak menemukan benda yang dapat ia lempar. Kesenangan baru si kecil ini, biasanya membuat para orang tua jengkel karena setiap benda yang dipungut akan ia lempar kembali. Sebaiknya para orang tua mengetahui bahwa saat-saat inilah si kecil sedang mempelajari tentang ruang melalui semua benda yang dapat ia genggam. pada bulan ke 6 ini, si kecil mulai dapat berkata "ma", "ga", "ba" dan kata lainnya yang merupakan gabungan huruf konsonan dan vokal. Ia juga mulai tertarik dengan benda-benda yang dapat menimbulkan suara misalnya saja bel.

C. Usia 7-9 bulan
Pada usia ini sangatlah penting, karena bayi mulai menunjukkan perilaku yang bertujuan. Kini ia tidak hanya memperhatikan sesuatu tetapi juga dapat membuat sesuatu terjadi. Ia mulai menjadi makhluk yang berpikir dan dapat memecahkan masalah bagi mereka.
Memasuki usia 7 bulan, bayi mulai senang mengangkat bokong dan punggungnya. Keterampilan kakinya yang semakin lincah pun ditunjukkannya. Misalnya saja saat si bayi berada di pangkuan ibunya. Ia akan meloncat-loncat gembira seraya menggoyang-goyangkan kakinya. Pada bulan ini, ia mulai mengerti humor. Terutama jika sang ayah atau orang dewasa lain melakukan hal yang menggelikan. Ia juga akan menunjukkan gejala 'social presence'. Dimana ia akan dekat terus dengan orang yang berada di dekatnya dan ia akan mulai merasa cemas kepada orang asing. Bayi akan mulai mengerti tanda-tanda nonverbal pada diri orang tuanya. Ketika orang tuanya kedatangan tamu dan tersenyum, bayi akan melihat senyum orang tuanya dan ia pun akan cenderung terbuka pada orang tersebut. Sebaliknya, jika ia melihat orang tuanya tegang maka ia pun akan ikut cemas.
Merangkak merupakan aktivitas yang sangat menonjol dan mendapat banyak sorotan dari para orang tua di usia 8 bulan. Di usia ini ,bayi mulai senang merangkak dan "berjalan" kesana kemari. Otot punggung dan bahu si kecil mulai semakin terkontrol. Tidak heran di usia ini ,ia dapat duduk dengan kemampuannya sendiri tanpa harus dibantu. Ia juga mulai menggoyangkan badannya ke depan dan kebelakang untuk membantunya merangkak lebih cepat. Tahap selanjutnya, bayi akan mulai mencoba berdiri dengan bantuan tangannya yang bertumpu pada kursi atau benda lainnya yang dapat menahan bobot berat badannya.
Tahap selanjutnya di usianya yang ke 8 bulan adalah merambat. Setelah berhasil berdiri dengan bantuan benda-benda disekitarnya ,kedua tangannya yang bertumpu akan bergeser kesamping diikuti oleh kakinya. Meski telah dapat duduk sendiri tanpa bantuan, ia belum mampu untuk duduk kembali tanpa bantuan setelah ia berdiri. Untuk itu, para orang tua diharapkan tetap mengawasi si kecil.
Di usia 9 bulan, bayi mulai menunjukkan kepandaiannya dalam berjalan. Ia akan menapakkan dan melangkahkan kakinya jika para orang tua membantunya berdiri dengan memegang kedua tangannya. Di saat ini ,bayi akan semakin melatih otot-otot kakinya dan semakin melatih kepandaiannya untuk lebih mahir berjalan. Selain itu ,ia juga akan memperlihatkan "aksi"nya yaitu kepandaiannya merangkak seperti yang telah ia tunjukkan pada usia 8 bulan. Pada bulan ini pun ,si kecil mulai dapat berkata "papa" dan "mama". Kemampuan ini disebut "jargon",yaitu kombinasi konsonan yang berbeda-beda ditambah intonasi. Tapi tentu saja kemampuan setiap anak berbeda-beda.

D. Usia 10-12 bulan
Menjelang usianya yang 1 tahun, keterampilan motorik kasarnya makin menonjol. "Jatuh bangun" adalah hal yang wajar terlihat di usia ini. Ini merupakan wujud bayi mengoptimalkan kemampuan berjalannya. Oleh karena itu, pengawasan orang tua sangatlah diperlukan.
Di usia 10 bulan ,bayi sudah mampu duduk tanpa bantuan. Dengan kekuatan otot lengan dan bahunya ,ia mulai mampu membangkitnya tubuhya ke posisi berdiri. Semua dapat ia lakukan karena si kecil makin mahir mengontrol otot punggung dan bahu. Ini membuat si kecil senang melakukan aktivitas bangkit dari duduk dan kembali duduk .
Memasuki usia yang ke 11 bulan, kemampuan motorik kasar si kecil makin menonjol terutama dapat berdiri sendiri kurang lebih selama 2 detik. Dengan keseimbangan dan kontrol diri yang semakin berkembang, si kecil akan semakin "malas" untuk duduk kembali. Ia akan mencoba terus menerus meyakinkan dirinya bahwa ia dapat berdiri tanpa bantuan siapapun .Selain dapat berjalan 2 atau 3 langkah , ia akan menjadi tukang panjat. Ia akan mencoba memanjat benda-benda yang menurutnya menarik untuk didaki seperti meja,kursi, tangga dan lain-lain.
Pada usia 12 bulan, sebagian besar bayi telah siap untuk berjalan. Walaupun terlihat masih limbung, tapi kegiatan ini dianggap hal yang asyik bagi mereka. Namun terkadang, si kecil lebih memilih untuk merangkak saat bermain. Hal ini karena bayi menganggap merangkak dapat membuatnya bergerak lebih cepat.

E. Usia 1-2 tahun
Di usia 1 tahun, bayi mulai mengoceh dengan kata-kata yang lebih panjang. Biasanya berhasil mengucapkan kata pertamanya. Tapi kata itu tidak terkait dengan konteks tertentu saja. Misalnya saja, seorang anak menyebut kata "meong" buka untuk semua kucing. Tetapi khusus untuk kucing berbulu putih yang suka ia lihat di depan pintu. Ini melambangkan bahwa bayi belum menyadari bahwa setiap kata mewakili suatu konsep. Dimana binatang berbulu dan berkaki 4 yang berbunyi "miaauw" itu adalah kucing. Bayi belum mengerti hal itu.
Antara 13-14 bulan ,bayi akan mengutarakan apa yang diinginkannya dengan cara menggunakan kata-kata dan bahasa tubuh. Misalnya saja dia menginginkan mainan yang berada di atas meja yang tidak dapat diraihnya. Bayi akan menepuk-nepuk meja itu tanda dia menginginkan benda yang tidak dapat dia raih. Umumnya,antara 13-14 bulan bayi akan melakukan peniruan terhadap apa yang ia lihat di sekitarnya. Terutama apa yang dilakukan oleh ibunya. Pada usia ini,ia telah mencapai puncak dari perkembangan motorik kasar yaitu berjalan tanpa perlu bantuan dari siapapun.
Memasuki usia 15 bulan, terdapat perubahan dari perkembangannya. Ia mulai melakukan aktivitas-aktivitas yang menunjukkan kemampuannya sebagai anak kecil. Pada usia ini ,ia bukan lagi disebut sebagai bayi. Keterampilan motorik halusnya mulai berkembang. Keinginannya untuk mencoret-coret, makan sendiri dengan menggunakan jari-jarinya, meniru tingkah laku orang lain dan mulai berinteraksi dengan anak-anak sebayanya.
Usia sekitar 16-18 bulan ,si kecil mulai mampu menerima perintah-perintah kecil seperti "duduk disini". Ia dapat berlari ,memanjat dan memungut barang-barang. Selain itu hal yang paling umum adalah bermain dengan balok. Dengan bermain balok-balok dari berbagai ukuran dan bentuk ,mereka tidak hanya belajar menyusun balok-balok atau mengaturnya dalam satu garis ,melainkan juga dapat mengenali ukuran,bentuk dan berat dari mainan tersebut. Ini membuat ia mengerti kaidah fisik dunia sehari-hari.
Berikutnya usia 19-24 bulan. Pada tahap ini, si kecil mampu mendeteksi dari mana datangnya sebuah suara. Semakin peka terhadap suara membuat ia mengenali kata-kata lebih banyak . Bahkan mampu mencapai 200 kata. Sekarang ia tahu bahwa semua benda memiliki nama. Ia pun selalu ingin tahu nama-nama segala benda yang ada di sekitarnya. Perkembangan lain yang menarik yaitu "holophrase". Ini adalah kondisi dimana saat ia mengucapkan 1 kata maka kata itu mewakili seluruh kalimat. Misalnya si kecil bediri di depan kulkas dan berkata "jeruk". Maka berarti ia mengingkan jeruk dan meminta untuk diambilkan. Selain itu, pada usia ini pun si kecil bisa memahami kata-kata yang belum mampu ia ucapkan.

II.2 Usia Tangkas 3-4 Tahun
Pada usia 3 tahun, anak akan menjadi sangat tangkas secara fisik dan mampu memanjat perabot rumah tangga ataupun memanjat pohon di taman. Ia mulai belajar mengenakan pakaian sendiri. Ia akan bertanya mengenai segala sesuatu dan menerangkan apapun kepada orang tuanya. Sebagian pada usia ini, si kecil sudah mampu belajar menulis walaupun hanya beberapa huruf sederhana. Tugas orang tua adaah membantu mengembangkan keterampilan motorik halus sang anak sesuai laju kecepatannya. Perkembangan di usia 3 tahun , anak dapat menggunakan gunting untuk memotong dengan lurus. Ia dapat bermain dengan bola, belajar menangkap ,menendang dan lain-lain. Kemampuan lain di usia ini yaitu adanya ketertarikan untuk latihan menggunakan toilet. Ia akan berusaha untuk segera ke toilet bila ingin buang air . Di usia ini pun, si kecil mulai menggunakan kata ganti "aku" dan "kamu". Saat bersama temannya, ia mulai bersaing dengan teman-temannya. Misal "siapa yang dapat melompat lebih tinggi ?" atau "siapa yang dapat berlari lebih cepat ?". Selain itu, di usia 3 tahun anak sudah mulai lancar menghitung. Biasanya mulai dari angka 1 sampai 5. Tetapi setelah ia telah memiliki keyakinan diri 'telah mengerti' maka dia akan mampu mengenal angka 6 sampai 10.
Memasuki usia 4 tahun ,si kecil dapat lebih mengekspresikan dirinya dengan leluasa melalui seni,masuk dan gerakan. Ia dapat meniru bentuk dengan baik, menulis huruf dari abjad, dan dapat menggambar sebagian besar benda di sekitar dirinya dengan berbagai cara yang dapat dikenali. Pada usia ini, ia sudah mampu membantu bekerja di seputar rumah dan sudah siap untuk bersekolah. Dapat mengenal warna dengan baik dan berapakaian sendiri dengan baik. Usia ini merupakan masa-masa dimana si kecil akan banyak berbicara dan tentu saja para orang tua harus mendengarkannya. Kosakatanya akan meningkat dengan luar biasa, demikian pula pengertian dan susunan tata bahasanya. Para orang tua sebaiknya membantu meningkatkan kosakatanya dengan bercakap-cakap kepada si kecil, mendengarkan ,membaca bersama,dan usahakan agar si kecil memiliki persediaan buku yang menarik untuk ia baca.
Pada usia 4 tahun, anak mungkin mengenal sedikit kata-kata bersajak. Terutama jika ia mendengar atau mengulang nyanyian anak-anak sederhana. Permainan dengan kata-kata bersyair akan membantunya dalam perkembangan telinganya dan memberikan awal yang baik bagi awal kerja suara. Biarkan ia mendengarkan berbagai macam musik dari musik pop sampai jazz, dari musik instrumental sampai nyanyian dan syair anak-anak, dari musik klasik sampai musik paduan suara. Ini akan membantu mengembangkan perasaan pekanya terhadap nada.
Sebagian besar di usia ini telah dapat menulis. Meskipun awalnya ia memegang pensil dengan menggenggam dan membuat banyak gerakan yang besar. Lambat laun ,ia mulai terbiasa dengan baik memegang pensil di jari-jarinya dan dapat mengendalikannya dengan baik sehingga dapat menghasilkan gerakan-gerakan kecil. Biasanya pola yang biasa ia buat adalah sebagai berikut :


II.3 Usia Sekolah Anak-Anak
Menginjak usia 5 tahun, merupakan usia yang tepat untuk membicarakan Taman Kanak-Kanak. Beberapa anak dapat memulainya saat berusia 4 tahun. Banyak anak pada usia ini menaruh minat pada lelucon yang sederhana. Rasa humor mereka sedang berkembang dengan cepat. Sesekali mereka menyukai buku komik dan menikmati permainan kata-kata jenaka dan teka-teki. Sajak yang tak masuk akal dan kalimat-kalimat komik akan banyak menarik minatnya.
Di usia ini, anak akan belajar mengungkapkan dirinya dalam tulisan dan juga percakapan. Ia mungkin memerlukan bantuan dalam kata-kata tertentu, misalnya saja lawan kata, kata pembanding dan superlatif, kata keterangan dan sebagainya. Selain itu, biasanya anak sekarang telah memahami bilangan atau angka dari 1 sampai 20 dengan menulis penjumlahan yang sederhana sebagai bilangan.
Pada usia ini, sebaiknya jangan terlalu menekankan kerapian menulis. Anak-anak perlu berlatih untuk membentuk huruf-huruf , dan harus didorong untuk menulis huruf jika ia ingin melakukannya. Biasanya ia telah dapat menulis yang tidak terlalu banyak seperti, kakek, nenek, ibu. Seringkali anak kecil ingin menulis dalam buku coretan yang dibuatnya. Terkadang ,ia akan mengikuti apa saja yang ditulis oleh orang tuanya terutama ibunya. Baginya ini adalah tugas yang berat, oleh karena itu baik bagi sang Ibu untuk memastikan bahwa sang anak tidak tertekan sewaktu mengerjakannya, melainkan benar-benar menikmatinya.
Mengenai kemampuan membaca, di usia 5 tahun anak kecil mulai terbiasa membaca dan menikmati berbagai macam buku. Ia selalu mencari buku mengenai sesuatu yang menarik minatnya seperti yang disiarkan di televisi, pelajarannya di sekolah, atau pembicaraan dengan teman. Rata-rata topik-topik yang disukai oleh anak-anak di usia ini seperti dinosaurus, mobil, ikan, pesawat, tokoh film kartun, burung, kebun binatang, kereta api ,dan sebagainya.
Untuk kemampuan berbahasa di usia ini, kosakatanya kan meningkat luar biasa. Demikian pula pengertiannya akan susunan tata bahasa. Jika sudah di sekolah maka ia dapat diajarkan bahasa asing seperti Bahasa Inggris. Akan tetapi hanya seputar percakapan sehari-hari seperti "Selamat pagi!", "Apa kabar?", "Baik", "Terima kasih", dan sebagainya.
Selain kemampuan berbahasa,membaca dan menulis, anak mulai mengembangkan kemampuan nalarnya lebih jauh lagi yaitu melalui matematika dan meyelidiki dunia sekitarnya. Dalam matematika, anak masih mengalami kesulitan yaitu bingung dengan lambang-lambang dan kata-kata. Mereka akan lebih mengerti jika orang tua mengaplikasikannya dalam sebuah permainan seperti permainan dadu, permainan menjumlah kartu, dan cara-cara lainnya.
Anak juga mulai dapat mengekspresikan dirinya dengan lebih leluasa dalam seni, musik dan gerakan. Ia akan segera meniru bentuk dengan baik, menulis huruf dari abjad dan dapat menggambar sebagian besar benda yang ada di sekitar dirinya dengan beberapa cara yang dapat dikenali. Sekarang ia mulai dapat membuat stensil yang sederhana, dapat memberi warna dengan kasar, mengikuti pola, membuat berbagai macam bentuk, dan membuat model yang mirip dengan menggunakan malam (lilin mainan), tanah liat dan lego. Jika anak anda peka terhadap musik, akan selalu berminat terhadap lagu-lagu, dan bisa menyanyi sesuai dengan irama sewaktu masih kecil, maka ia mungkin mau belajar memainkan piano atau pada perekam.

II.4 Kiat-Kiat Berkomunikasi dengan Anak
Yang paling mengerti kebutuhan komunikasi pada anak adalah orang tuanya sendiri. Belajar bahasa adalah bagian dari hubungan unik antara orang tua dan anak. Itu berarti "give and take". Untuk bayi, mereka bukanlah kaset kosong yang bisa dipenuhi dengan berbagai kata dari mulut orang tua. Bayi adalah partner komunikasi. Bahkan bayi berusia 6 pekan pun sudah bisa berpartisipasi dalam 'percakapan' nonverbal saat sang Ibu menimang.
Usia 0-2 Bulan
Berkomunikasi dengan bayi yang baru lahir seperti berjalan menembus kabut. Ia bahkan menangis dan para orang tua terpaksa menduga-duga penyebab tangisnya. Oleh karena itu, sarana terpenting pada fase ini adalah kontak fisik, lewat sentuhan. Sentuhan akan mengekspresikan cinta dari orang tuanya. Kiat berkomunikasi pada fase ini :
Bukan bayi yang harus menyesuaikan diri dengan Ibu, tetapi sebaliknya : Ibu harus memahaminya karena ia makhluk yang unik .
Pelajari segalanya sejak awal meski perilaku bayi masih berubah sesuai perkembangannya.
Amati ambang penginderaan. Seberapa peka bayi terhadap ransangan inderawi, seperti suara dan sentuhan.
Ambang penginderaan akan membantu para orang tua khususnya Ibu membantu memahami bagaimana definisi bayi mengenai 'saat-saat indah' dan apa saja yang membuatnya sedih.
Jangan kecewa jika bayi terlalu peka.
Jangan melebih-lebihkan ransangan bagi bayi.
Hargai suasana hati dan kesepian fisiknya menerima ransangan.

B. Usia 2-8 Bulan
Kini cara berkomunikasi pada bayi tak hanya melalui tangisan, tetapi juga vokalisasi, mendekut (suara lembut seperti ah.. atau uh..) dan meraban (suara tak beraturan ,bisa terdiri dari huruf hidup dan konsonan). Kiat berkomunikasi pada fase ini :
Orang tua tidak perlu kaset atau video yang dapat membantu untuk mengajarkan bahasa pada bayi, karena bahasa bayi akan berkembang cukup dengan kehadiran orang tua yang penuh kasih yang bersedia menciptakan interaksi berkualitas.
Dalam sehari, banyak kesempatan berbicara dengan suasana yang menyenangkan.
Karena sudah senang 'bercakap-cakap', ia menuntut perhatian ekstra.
Perkembangan bahasa bayi akan lebih baik jika ibunya mau berhenti sebentar diantara kata-kata yang mereka lontarkan seakan-akan menunggu jawaban.
'Bicara banyak' juga cenderung membuat lupa diri.



C. Usia 8-16 Bulan
Kebanyakan anak pada rentang ini tak lagi meraban. Mereka mengucapkan kata pertamanya. Tapi orang tua tidak perlu dengan sengaja menunggu munculnya kata petama itu, karena itu bukan satu-satunya tanda perkembangan bahasa yang hebat.
Pada fase ini berikut kiat berkomunikasi yang harus dilakukan para orang tua :
Jangan sekedar tiru ucapannya, tetapi sebaiknya diberikan variasinya. Jika ia mengucapkan bonekanya sambil berkata "Aaahh.." , Ibu harus meneruskannya seperti "Ya, Ibu tahu kalau boneka macam in kesukaanmu." Dengan begitu , akan mendorong anak untuk membagi perasaannya.
Jangan ajak ia keliling dapur menunjukkan semua benda sambil menyebutkan namanya. Sebaiknya cukup merespon pada apa yang sedang dilakukan atau diperhatikannya.
Para orang tua harus membatasi kalimat, jangan terlalu panjang atau sejelas mungkin.
Perlakukan bayi sebagai 'peserta komunikasi' walaupun kata-katnya masih belum jelas seperi orang dewasa. Dengan begitu, ia akan merasa orang tuanya menghargainya sebagai 'partner komunikasi'.
Beri respon yang baik pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.

D. Usia 16-24 Bulan
Menjelang ulang tahunnya yang kedua ,kosa katanya akan meroket mungkin mencapai ratusn kata. Ia juga terobsesi mempelajari nama-nama yang ada di sekitarnya. Sekarang ia tahu bahwa di sekelilingnya juga mempunyai nama. Oleh karena itu, kiat berkomunikasi yang baik yaitu :
Para orang tua jangan berharap lebih, walaupun ia sudah bisa mengucapkan kalimat mini.
Sebaiknya para orang tu tidak memaksakan ia menyebut kata tertentu yang orang tua inginkan karena akan mematikan hasrat belajarnya.
Orang tua cukup mengenalkan nama benda-benda yang menarik perhatiannya.
Bantu anak terlibat dalm percakapan sangatlah diharapkan dari sikap para orang tua.
Hindari kata-kata yang mengandung kedisiplinan terlalu ketat seperti "Jangan memasukkan kedalam mulutmu!" ,"Bersihkan tanganmu!","Jangan berlarian di dalam rumah!".

II.5 Gangguan Komunikasi Pada Anak
Disini hanya akan membicarakan tiga gangguan yang paling kerap menimpa anak-anak :
Masalah Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran biasanya menunjukkan gejala seperti perilaku tak terorganisasi, terus menerus berganti-ganti mainan dalam hitungan beberapa detik saja. Bahkan dengan bantuan orang tua pun, ia sulit memusatkan perhatian pada satu aktivitas karena ia tak mendengar apa saja yang dikatakan oleh Ibunya. Selain itu, ada juga anak yang mnedengar, tetapi tidak bisa membedakan berbagai jenis suara yang masuk ke telinganya. Anak yang kerap terkena infeksi telinga, meski telah sembuh, kadang-kadang masih menyimpan masalah. Misalnya karena ada cairan sisa di tlinga sehingga gendang telinganya tidak dapat berfungsi dengan normal.
B. Masalah Pengucapan
Kesalahan pengucapan atau masalah artikulasi biasa dialami anak-anak, dan biasanya akan berlalu sendiri. Banyak anak yang mengganti suatu suara dengan suara yang lainnya ,misalnya "roti menjadi loti atau yoti", "sekolah menjadi cekolah, dan sebagainya. Pergantian seperti itu cukup normal sampai usia TK atau kelas 1 SD.
Namun orang tua harus lebih mewaspadai penghapusan suara, seperti "roti menjadi oti" atau "satu menjadi atu". Jika anak sudah berusia 3 tahun dan ucapannya masih sulit dipahami maka segeralah hubungi patalog bicara. Apalagi jika teman-temannya sulit menangkap pembicaraannya, ia akan mengalami gangguan hubungan sosial. Ia juga akan sulit menghubungkan antara suara yang diucapkan dengan kata-kata yang tertulis.
C. Keterlambatan Bahasa
Menurut psikolog Leslie Rescorda, anak berusia 2 tahun yang belum mengucapkan sepatah kaa pun perlu untuk dicermati. Kebanyakan anak-anak seusia itu sudah bisa mengucapkan sekitar 50 kata dan mampu memproduksi beberapa kalimat yang terdiri dari dua kata seperti "Aku makan", "Ibu mandi", dan sebagainya. Separuh dari anak-anak usia 2 tahun yang tidak punya kosa kata sama sekali, akhirnya memang bisa 'mengejar' keterlambatannya. Tetapi separuh lagi akan terus terlambat, bahkan sampai usia 5 tahun. Keterlambatan itu akhirnya menjadi gangguan bahasa yang serius.

II.6 Kiat Memeriksa Pendengaran Anak di Rumah
Para orang tua dapat memeriksa sendiri pendengaran anaknya untuk mewaspadai adanya gangguan berkomunikasi yang mungkin dapat terjadi pada anak. Cara-cara sederhana tersebut seperti berikut ini :
Usia 0-3 bulan : akan kaget jika mendengar suara keras dan mendadak seperti suara bersin, panci jatuh, tepuk tangan ,dan lain-lain
Usia 4-5 bulan : akan menoleh ke arah sumber suara, Jika orang tuanya berbicara, maka ia akan menoleh ke arah orang tuanya. Jika dibunyikan radio ,maka ia akan mencari sumber suara tersebut.
Usia 7-10 bulan : akan mengulangi raban seperti "dadada", "yayaya", dan merespon jika namanya dipanggil.
Usia 10-15 bulan : akan mulai memahami beberapa kata yang sering diucapkan kepadanya, misalnya "mama", "meong", "lampu".
Usia 15-18 bulan : seharusnya mampu merespon jika diminta melakukan sesuatu yang telah biasa dikerjakan, seperti "Lemparkan bolanya pada mama." .Bahkan seharusnya dapat merespon meskipun orang tuanya berbicara dengan berbisik.

II.7 Gangguan Motorik Pada Anak
Sebagai orang tua, hal terpenting yang harus disadari adalah kemampuan motorik setiap anak berbeda. Akan tetapi memanglah sulit untuk membedakan apakah perkembangan motorik kasar si kecil sudah termasuk normal atau tidak, karena laju perkembangan setiap anak berbeda. Jika ada keterlambatan ,biasanya akan terlihat sejak awal dan akan merembet pada perkembangan motorik lainnya. Misalnya saja bayi yang berusia 5 bulan masih mengepalkan tangannya saat igendong dan membanting-bantingkan dirinya kebelakang, ini merupakan keterlambatan yang tidak normal.
Sebenarnya para orang tua dapat mendeteksi keterlambatan motorik kasar anak dengan melihat gejala-gejala yang ada. Gejala-gejala tersebut antara lain :
Bayi terlalu kaku atau terlalu lemah
Perhatikan bila si kecil terus berbaring tanpa melakukan gerakan apapun serta kepalanya tidak dapat diangkat saat digendong. Ini menunjukkan motorik kasar anak terlalu lemah.
Gerak anak kurang aktif
Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya. Misalnya saja anak usia 6 bulan belum dapat tengkurap.
Penyebab keterlambatan motorik kasar menunjukkan kerusakan pada saraf pusat seperti pada Cerebral Palsy (gangguan sistem motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur otot-otot tubuh), pendarahan otak, benturan (trauma) kepala yang berat, adanya kelainan sumsum tulang belakang, penyakit saraf tepi, Poliomielitis yang menyebabkan kelumpuhan, proses persalinan, kekurangan gizi, orang tua yang terlalu protektif, dan yang terakhir Distrofia Muskulorum atau penyakit otot.

II.8 Cara Mengatasi Keterlambatan
Jika memang ditemukan adanya keterlambatan dalam perkembangan motorik si kecil, maka harus segera di telusuri penyebabnya sebelum menentukan apa yang harus dilakukan. Jika penyebab keterlambatan karena masalah perbedaan pola asuh atau orang tua yang terlalu protektif, maka yang pertama-tama harus dirubah adalah sikap orang tuanya. Orang tuanya harus membiarkan anak bergerak bebas sebatas tidak membahayakan si kecil. Dengan demikian, ini akan memicu anak untuk semakin melatih semua tahap perkembangan motorik kasarnya.
Jika penyebab keterlambatan karena kelainan tubuh tertentu, maka harus dikonsultasikan dengan dokter anak. Berbagai kelainan tersebut misalnya otot yang tidak berkembang secara optimal atau adanya gangguan saraf tepi, kelainan sumsum tulang belakang, kurangnya tenaga untuk beraktivitas, ukuran kepala bayi yang abnormal, serta kerusakan susunan saraf pusat. Melalui pemeriksaan dokter dapat mendianogsa penyebab dan cara mengatasinya.
Jika masalah keterlambatan disebabkan oleh kurangnya rangsangan. Maka cara yang baik adalah dengan rehabilitasi medik antara lain melalui fisioterapi. Fisioterapi dapat menjadi salah satu alternatif jalan keluar karena melatih otot-otot tubuh anak sehingga kemampuan motoriknya diharapkan dapat berkembang optimal.










BAB III
Metodologi Penelitian

III.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Anak-anak usia -0-5 tahun di lingkungan sekitar
Sampel : 10 anak

III.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitan ini dilakukan selama kurang lebih dalam jangka waktu sebulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di sekitar wilayah perumahan.

III.3 Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah gabungan dari metode kepustakaan dan observasi. Alat-alat pengumpulan data yang digunakan telah disesuaikan dengan metode yang digunakan. Disini alat pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa buku-buku sebagai sumber teori dan angket sebagai bahan pembuktian dari hipotesis yang telah ada.

III.4 Metode Analisis Data
Pada metode kepustakaan, penelitian ini mengumpulkan data-data dari buku-buku psikologi. Selain itu, juga diperoleh dari internet sebagai pelengkap materi yang akan diteliti kemudian. Untuk mendapatkan data-data yang maksimal, penelitian ini mengambil beberapa penjelasan dengan menyaring dari berbagai sumber. Untuk metode observasi, penelitian ini dilengkapi dengan menyebarkan beberapa angket di sekitar wilayah perumahan. Angket-angket tersebut berisi 5 pertanyaan yang diberikan kepada para ibu yang memiliki anak di usia 0-5 tahun. Kemudian, dari angket tersebut dapat diperoleh suatu data yang di presentasikan.



BAB IV
Sajian dan Analisis Data

IV.1 Sajian Data
Berikut angket yang disebarkan kepada sampel :
Sejak kapan anak anda sudah dapat berjalan ?
8 bulan c. 10 bulan
9 bulan d. 11 bulan
Sejak kapan anak anda mengeluarkan kata pertama?

9 bulan c. 11 bulan

10 bulan d. 12 bulan

Apakah anda lebih memilih untuk mengurus anak anda sendiri ?
Ya

Tidak
Alasan :
Apakah anak anda menunjukkan perkembangan yang normal?
Ya
Tidak
Alasan :
Apakah anak yang cerewet itu menunjukkan perkembangan komunikasi yang baik?
Ya
Tidak
Alasan :

Apa yang dilakukan anda untuk berkomunikasi dengan anak ?
permainan kata c. memaksa anak untuk menghafal 'kata'
menjadi 'guru' d. membiarkan anak untuk belajar sendiri
Menurut anda, pemberian pengertian pada anak usia 5 tahun penting atau tidak ?
Ya
Tidak
Alasan :

IV.2 Analisis Data
Berdasarkan pada angket tersebut maka diperoleh presentase dari seluruh jawaban yang ada. Berikut hasil presentasenya :
Sejak kapan anak anda sudah dapat berjalan ?
Jawaban yang diperoleh :
67% menjawab 9 bulan
25% menjawab 10 bulan
7% menjawab 8 bulan
1% menjawab 11 bulan
Sejak kapan anak anda mengeluarkan kata pertama?
Jawaban yang diperoleh :
70% menjawab 9 bulan
28,5% menjawab 10 bulan
1,5% menjawab 11 bulan
0% menjawab 12 bulan
Apakah anda lebih memilih untuk mengurus anak anda sendiri ?
Jawaban yang diperoleh :
80% menjawab 'Ya'
Alasan terbanyak : Karena dengan mengurus anak sendiri, anak akan lebih terkontrol dan lebih terawasi. Sehingga anak dapat berkembang dengan baik sesuai yang seharusnya.
20% menjawab 'Tidak'
Alasan terbanyak : Karena sibuk dengan pekerjaan di kantor (untuk orang tua yang bekerja). Jadi tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan anak secara 'intens'.
Apakah anak anda menunjukkan perkembangan yang normal?
Jawaban yang diperoleh :
75% menjawab 'Ya'
Alasan terbanyak : Anak sudah berkembang sesuai dengan yang seharusnya.
25% menjawab 'Tidak'
Alasan terbanyak : Anak sudah mengalami gangguan sejak lahir.
Apakah anak yang cerewet itu menunjukkan perkembangan komunikasi yang baik?
Jawaban yang diperoleh :
74% menjawab 'Ya'
Alasan terbanyak : Cerewet menandakan dia telah menguasai banyak kosa kata dalam berbahasa.
26% menjawab 'Tidak'
Alasan terbanyak : Karena, sang anak belum bisa memberikan waktu untuk lawan bicaranya.
Apa yang dilakukan anda untuk berkomunikasi dengan anak ?
Jawaban yang diperoleh :
51% menjawab menjadi 'guru'
32% menjawab permainan kata
15% menjawab membiarkan anak untuk belajar sendiri
2% menjawab memaksa anak untuk menghafal 'kata'
Menurut anda, pemberian pengertian pada anak usia 5 tahun penting atau tidak ?
Jawaban yang diperoleh :
85% menjawab 'Ya'
Alasan terbanyak : Pemberian pengertian akan membuat anak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
15% menjawab 'Tidak'
Alasan terbanyak : Karena, pasti ada masanya anak akan mengerti sendiri terhadap apa yang seharusnya.

Dari data yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Rata-rata, di usia 9 bulan anak telah dapat belajar berjalan sendiri tanpa bantuan dari sang Ibu.
Di usia ke 9 bulan, anak sudah dapat mengucapkan kata pertamanya dan tidak lagi meraban.
Para Ibu lebih memilih untuk mengurus anaknya sendiri dengan tujuan agar anaknya dapat berkembang lebih baik yang disertai dengan pengawasan langsung dari Ibu.
Sekitar 75%, para Ibu menjawab anaknya sudah berkembang dengan normal sesuai dengan perkembangan yang seharusnya.
Banyak Ibu yang beranggapan, bahwa semakin anak cerewet maka itu berarti sang anak telah menguasai cukup banyak kosa kata.
Sekitar 51% lebih memilih dengan cara menjadi 'guru', padahal ini bukanlah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anakdi usia 0-5 tahun.
Pemberian pengertian pada anak usia 5 tahun dianggap penting, karena untuk membuat si kecil mengerti mana yang baik dan mana yang buruk.





BAB V
Penutup

V.1 Kesimpulan
Untuk menjadi manusia yang sempurna sejak dalam kandungan ,bayi mengalami proses tumbuh kembang yang begitu kompleks. Hal ini berlangsung bertahap seiring dengan bertambahnya usia seorang anak. Dengan berbagai gejala pertumbuhan yang berbeda di setiap usianya sejak lahir.
Dalam perkembangannya, dapat terjadi perkembangan motorik pada anak yang tidak sesuai dengan perkembangan normal. Karena pertumbuhan dan perkembangan setiap anak memanglah tidak sama, tetapi seperti yang telah diketahui bahwa keterlambatan ini ada yang tergolong normal dan ada yang tidak . Bila masih tergolong normal dengan lingkungan yang mendukung atau rangsangan yang tepat maka keterlambatan bisa dikejar. Tetapi bila keterlambatannya karena suatu kelainan maka anak harus mendapat penanganan yang tepat.
Begitu pula dalam hal berkomunikasi, bayi dan anak-anak senang berbicara tentang apa saja yang mereka lakukan dan pikirkan. Segala hal yang ia alami sendiri. Karena itu ,memaksa anak untuk mengingat nama-nama yang diinginkan orang tua hanya akan menciptakan "burung beo". Biarkan saja anak berkembang secara alamiah. Banyak orang tua yang tergoda untuk menjadi guru bahasa pada anaknya. Orang tua yang seperti ini cenderung mengukur anaknya dengan meteran. Paksaan membuat bicara merupakan suatu mimpi buruk yang tidak nyaman bagi anak. Maka cara termudah bagi anaknak adalah dengan peka terhadap ekspresinya yang unik. Orang tua juga harus sadar akan suasana hati dan minat si kecil. Ini akan sangat mempegaruhi usahanya dalam berkomunikasi.

V.2 Saran
Perbedaan kepribadian pada anak ditentukan oleh cara mereka dibesarkan dan faktor keturunan. Ada anak yang antusias menghadapi setiap pengalaman-pengalaman yang ada dan ada pula anak yang biasa-biasa saja. Ada anak yang percaya diri akan dirinya dan ada yang tidak. Begitu pula dalam hal bahasa. Ada anak yang cerewet sampai ibunya berkata "Berhenti sebentar, mama dab papa sedang bicara." Tetapi ada pula yang pendiam, lebih senang mendengarkan cerita orang lain.
Oleh karena itu disinilah peran penting orang tua untuk memantau dan memperhatikan perkembangan anak dari tahap ke tahap. Dengan demikian bila ada kelainan atau gangguan yang terjadi pada anak dapat segera diketahui dan ditangani dengan cepat dan tepat. Selain itu, orang tua juga harus menduduki posisi terbaik untuk menegetahui dan mendidik setiap kemampuan yang mungkin dimiliki oleh anak. Orang tua sebaiknya meluangkan waktu bersama dengan anak dalam hal percakapan dan memberi banyak pelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Ini akan membantu anak secara nyata dapat mencapai konsep dasar dan pemahaman yang dalam. Aktivitas yang diberikan orang tua juga merupakan sebuah saran yang mungkin dapat digunakan sebagai sarana orang tua untuk membantu anaknya mengembangkan potensi mereka sesuai kemampuannya sendiri. Tetapi, orang tua harus tau kapan waktu untuk memperkenalkan sebuah aktivitas yaitu saat anak siap menerimanya.